FORMULASI
MASALAH DALAM PENELITIAN
A.
Pengertian Masalah dalam Penelitian
Seorang peneliti atau orang yang akan memulai
penelitian sebelum menentukan bagaimana penelitian bisa dilakukan terlebih
dahulu harus menentukan masalah apa saja
yang bisa diteliti, masalah penelitian bisa diartikan sebagai pernyataan yang
mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu
kejadian, sedangkan variabel didefinisikan sebagai yang membedakan antara
sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian ini
akan menentukan kwalitas penelitian yang akan dilakukan, baik buruknya
penelitian seseorang peneliti atau orang yang akan memulai penelitian tergantung
bagaimana seorang peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan penelitian
sebaik-baiknya, menentukan masalah peneltian terkadang sulit dan membingungkan,
hal itu dikarenakan kurang faham akan permasalahan tersebut, untuk menentukan
permasalahan penelitian terlebih dahulu harus memahami sumber masalah, sumber
masalah tersebut bisa berasal dari manusia, program, dan peristiwa di sekitar.
Terkadang kesalahan
yang terjadi dalam penelitian adalah
berangkat dari sudut pandang yang salah, penelitian yang yang benar adalah
dimulai dengan mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang ada, dan barulah
setelah mendapatkan masalah yang jelas, penelitian di lakukan, banyak di antara
kita terutama mahasiswa ketika melakukan penelitian ilmiah, memulai dengan cara
yang tidak benar, yaitu menentukan judul baru kemudian menentukan permasalahan,
sebenarnya hal ini bukan permasalahan pokok, tetapi paradigma atau sudut
pandang seperti ini perlu dibenarkan.
Secara umum, permasalahan yaitu kesenjangan antara harapan,
ideal, dan realitas, masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya,
tidak semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian, masalah
penelitian terjadi jika ada kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan yang
ada, antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan
kenyataan, kriteria permasalahan yang dimulai dari adanya kesenjangan ini
biasanya berbentuk penelitian dengan
pendekatan kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif, permasalahan
diperoleh dari adanya ketertarikan terhadap hal-hal yang unik dan memiliki
nilai lebih yang pantas untuk diteliti.
1. Kriteria Masalah Penelitian
Masalah yang telah dipilih sebaiknya
dianalisis terlebih dahulu, agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik,
dari segi proses ataupun tujuannya. Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif
substansi, teori dan metode juga proses penelitian dan manfaat penelitian.
Disamping itu, agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna
(fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih masalah penelitian:
a. Memiliki
nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan
berguna atau bermanfaat yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat
dan kepentingan bersama.
b. Memiliki
fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut
dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara
lain:
Ø Adanya
data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
Ø batas-batas
masalah yang jelas,
Ø adanya
alat atau instrumen untuk memecahkannya,
Ø adanya
biaya yang diperlukan, dan
Ø tidak
bertentangan dengan hukum.
c. Sesuai
dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya
tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.[5]
d. Actual
Aktual atau Up to date, artinya
permasalahan yang akan diteliti adalah fakta perilaku yang sedang “hangat”
terjadi di tengah masyarakat. Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan
selalu dinamis dan berubah setiap periode waktu tertentu. Permasalahan perilaku
seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual dibandingkan perilaku agresif.
e. Urgen
Urgen, artinya permasalahan yang
diteliti haruslah sesuatu yang “mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika
tidak segera ditemukan “jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak
negatif yang dapat merugikan kehidupan manusia. Perilaku rendahnya kepatuhan
membayar pajak jika tidak segera diteliti akan menimbulkan dampak yang negatif,
misalnya menurunnya penerimaan kas negara yang berakibat pada berkurangnya APBN
untuk pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan lain-lain.[6]
Rumusan masalah penelitian yang baik,
antara lain:
Ø Bersifat
orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah
tersebut.
Ø Dapat
berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
Ø Dapat
diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
Ø Jelas
dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
Ø Dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya.
Ø Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau
menyinggung adat istiadat, ideologi, dan
kepercayaan agama.
2.
Identifikasi Masalah Penelitian
Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat
dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses
penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi
yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu
biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama
peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada
ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang
dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi
masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi
kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya
memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap
masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan
masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan,
mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis
berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan
disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan
(identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari
jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan
kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan.
3.
Analisis Masalah Penelitian
Secara garis besar, ada
beberapa bentuk analisis yang perlu diperhatikan:
a)
Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi
masalah itu sendiri, masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik dalam arti
termasuk bidang keilmuan apa, misalnya sosiologi, antropologi, filologi,
manajemen, teologi dan sebagainya, dengan mengetahui kedudukan masalah dalam
konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan
itu dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu
tersebut, dengan cara ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan
sudut pandang keilmuan yang ada.
b)
Analisis Teori dan Metode
Peneliti hendaknya
senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan
atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama, oleh karena itu,
setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya, maka perlu disusun kerangka teori yang
memuat pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan
tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan
digunakan.
Uraian dalam
menganalisis teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara
tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah yang
akan diteliti, masalah yang diteliti hendaknya dapat dicari rujukan
kepustakaan, perspektif teoritik dan metodenya, dengan pertimbangan ini dapat
ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal maupun hasil penelitian
terdahulu, penelitian semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan
penelitiannya, perspektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian
yang dilakukan memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga
peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.
c)
Analis Institusional
Jenis bobot dan tujuan
penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi mana peneliti memperpersembahkan
penelitiannya, penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu
berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan, penelitian untuk
skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi, perbedaan
bisa terletak pada substansinya, seperti kedalaman, keluasan, keaslian,
kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti
perspektif teoritik dan analisisnya maupun pada teknik penulisan atau
pelaporannya.
d) Analisis
Metodologis
Masalah yang diangkat
hendaknya terjangkau, baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya
itu sendiri, penelitian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit
dilakukan daripada masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jumlahnya, penelitian
tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.
Sumber :
Sukardi.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktikny,.( Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 21-22-24
Setyosari,
Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hlm. 53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar