Rabu, 02 November 2016

Formulasi Masalah Dalam Penelitian

   FORMULASI MASALAH DALAM PENELITIAN


A.    Pengertian Masalah dalam Penelitian

Seorang  peneliti atau orang yang akan memulai penelitian sebelum  menentukan  bagaimana penelitian bisa dilakukan terlebih dahulu harus menentukan  masalah apa saja yang bisa diteliti, masalah penelitian bisa diartikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu kejadian, sedangkan variabel didefinisikan sebagai yang membedakan antara sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian ini akan menentukan kwalitas penelitian yang akan dilakukan, baik buruknya penelitian seseorang peneliti atau orang yang akan memulai penelitian tergantung bagaimana seorang peneliti tersebut dapat mengidentifikasikan penelitian sebaik-baiknya, menentukan masalah peneltian terkadang sulit dan membingungkan, hal itu dikarenakan kurang faham akan permasalahan tersebut, untuk menentukan permasalahan penelitian terlebih dahulu harus memahami sumber masalah, sumber masalah tersebut bisa berasal dari manusia, program, dan peristiwa di sekitar.
Terkadang kesalahan yang terjadi dalam  penelitian adalah berangkat dari sudut pandang yang salah, penelitian yang yang benar adalah dimulai dengan mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang ada, dan barulah setelah mendapatkan masalah yang jelas, penelitian di lakukan, banyak di antara kita terutama mahasiswa ketika melakukan penelitian ilmiah, memulai dengan cara yang tidak benar, yaitu menentukan judul baru kemudian menentukan permasalahan, sebenarnya hal ini bukan permasalahan pokok, tetapi paradigma atau sudut pandang seperti ini perlu dibenarkan.
Secara umum,  permasalahan yaitu kesenjangan antara harapan, ideal, dan realitas, masalah penelitian berbeda dengan masalah-masalah lainnya, tidak semua masalah kehidupan dapat menjadi masalah penelitian, masalah penelitian terjadi jika ada kesenjangan  antara yang seharusnya dengan kenyataan yang ada, antara apa yang diperlukan dengan yang tersedia antara harapan dan kenyataan, kriteria permasalahan yang dimulai dari adanya kesenjangan ini biasanya  berbentuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif, permasalahan diperoleh dari adanya ketertarikan terhadap hal-hal yang unik dan memiliki nilai lebih yang pantas untuk diteliti.

1.       Kriteria Masalah Penelitian

          Masalah yang telah dipilih sebaiknya dianalisis terlebih dahulu, agar hasil penelitian dapat dilakukan dengan baik, dari segi proses ataupun tujuannya. Analisis itu dapat dilihat dalam perspektif substansi, teori dan metode juga proses penelitian dan manfaat penelitian. Disamping itu, agar hasil penelitian benar-benar berarti dan bermakna (fungsional) sesuai dengan jenis dan tujuan penelitian itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian:
a.       Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif. Terutama jika bermanfaat bagi masyarakat dan kepentingan bersama.
b.      Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab.
Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
Ø  Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
Ø  batas-batas masalah yang jelas,
Ø  adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
Ø  adanya biaya yang diperlukan, dan
Ø  tidak bertentangan dengan hukum.
c.       Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.[5]
d.      Actual
Aktual atau Up to date, artinya permasalahan yang akan diteliti adalah fakta perilaku yang sedang “hangat” terjadi di tengah masyarakat. Tentu saja aktualitas sebuah fakta perilaku akan selalu dinamis dan berubah setiap periode waktu tertentu. Permasalahan perilaku seks bebas remaja saat ini terasa lebih aktual dibandingkan perilaku agresif.
e.       Urgen
Urgen, artinya permasalahan yang diteliti haruslah sesuatu yang “mendesak” untuk diteliti. Dengan kata lain jika tidak segera ditemukan “jawabannya” akan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif yang dapat merugikan kehidupan manusia. Perilaku rendahnya kepatuhan membayar pajak jika tidak segera diteliti akan menimbulkan dampak yang negatif, misalnya menurunnya penerimaan kas negara yang berakibat pada berkurangnya APBN untuk pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan lain-lain.[6]
Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
Ø  Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
Ø  Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
Ø  Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
Ø  Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
Ø  Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Ø Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.

2.      Identifikasi Masalah Penelitian

        Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan.
3.      Analisis Masalah Penelitian

Secara garis besar, ada beberapa bentuk analisis yang perlu diperhatikan:

a)        Analisis Substansi Masalah
Analisis substansi masalah itu sendiri, masalah yang dipilih memiliki relevansi akademik dalam arti termasuk bidang keilmuan apa, misalnya sosiologi, antropologi, filologi, manajemen, teologi dan sebagainya, dengan mengetahui kedudukan masalah dalam konteks keilmuan yang ada, peneliti dapat menelusuri dan mendalami permasalahan itu dan menempatkannya dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan bidang ilmu tersebut, dengan cara ini peneliti dengan mantap memiliki pangkal tolak dan sudut pandang keilmuan yang ada.
b)        Analisis Teori dan Metode
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama, oleh karena itu, setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya, maka perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan digunakan.
Uraian dalam menganalisis teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah yang akan diteliti, masalah yang diteliti hendaknya dapat dicari rujukan kepustakaan, perspektif teoritik dan metodenya, dengan pertimbangan ini dapat ditelusuri kajian kepustakaan baik berupa buku jurnal maupun hasil penelitian terdahulu, penelitian semakin tajam dan terarah dalam memfokuskan penelitiannya, perspektif teoritik bermanfaat bagi peneliti agar penelitian yang dilakukan memiliki starting point dan point of view yang jelas sehingga peneliti akan semakin peka dan kritis dalam mencermati setiap fenomena.
c)        Analis Institusional
Jenis bobot dan tujuan penelitian hendaknya disesuaikan dengan institusi mana peneliti memperpersembahkan penelitiannya, penelitian untuk persyaratan memperoleh gelar akademik tentu berbeda dengan penelitian pesanan atau penelitian tindakan, penelitian untuk skripsi tentu memiliki kulalifikasi yang berbeda dengan tesis atau disertasi, perbedaan bisa terletak pada substansinya, seperti kedalaman, keluasan, keaslian, kejelasan, keutuhan masalah yang diangkat; atau pada metodologinya seperti perspektif teoritik dan analisisnya maupun pada teknik penulisan atau pelaporannya.
d)       Analisis Metodologis
Masalah yang diangkat hendaknya terjangkau, baik dari aspek metode pengumpulan data maupun datanya itu sendiri, penelitian yang melibatkan para elite biasanya lebih sulit dilakukan daripada masyarakat awam, maupun agama, lebih sedikit jumlahnya, penelitian tentang keuangan biasanya juga lebih sedikit karena datanya sulit dicari.
Sumber :
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktikny,.( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 21-22-24
Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 53


Tidak ada komentar:

Posting Komentar